Assalamu'alaikum Wr.Wb
BISMILLAH...
Pada zaman dahulu ada seorang lelaki bernama Abul Hasan. Ia pergi menunaikan haji ke Baitul Haram. Sewaktu dia tertawa, tiba-tiba dia terpandang wajah seorang wanita yang bersinar wajahnya sehingga dia berkata:
"Demi Allah belum pernah aku melihat wajah secantik dan secerah wanita ini. Tidak lain ini pasti kerana wanita ini tidak pernah risau dan susah hati ".
Dengan tiba-tiba wanita itu mendengar kata-kata Abul Hasan itu berkata :
" Wahai lelaki, apa yang telah kamu katakan tadi sebenarnya Demi Allah aku tetap terbelenggu oleh perasaan dukacita. Hati aku terluka karena risau dan tiada seorangpun yang aku salahkan dalam hal ini ".
Abul Hasan bertanya :
" Apakah perkara yang merisaukan kamu? "
Wanita itu menjawab:
" Pada suatu hari, ketika suamiku menyembelih kambing qurban, pada masa itu aku mempunyai empat orang anak. Satu telah menikah, satu masih meminum susu dan dua lagi masih kanak-kanak. Sewaktu aku bangun untuk membuat makanan, anakku yang tua berkata pada adikknya :
"Wahai adikku, sukakah kamu aku tunjukkan kepadamu bagaimana ayah menyembelih kambing?"
Berkata si adik :
" Silahkan tunjukkan kepadaku ".
Maka adiknya itu ditelentangkan dan disembelihnya. Setelah disembelih, dia menjadi takut apabila melihat darah yang banyak, maka dia pun lari ke bukit. Akhirnya anakku yang tua itu mati dimakan oleh serigala di atas bukit. Suamiku mencari anakku yang lari ke atas bukit sehingga dia mati kehausan di sana. Aku keluar dari rumah meninggalkan anak kecilku untuk mencari suamiku, ketika itu anak kecilku merangkak menuju ke panci yang airnya sedang mendidih, dan anakku tarik panci itu sehingga tumpah di atas badannya menyebabkan kulitnya mengelupas.
Berita ini sampai kepada anakku yang telah menikah. Setelah mendengar berita yang menimpaku, dia jatuh pingsan dan akhirnya meninggal dunia. Kini aku tinggal sebatang kara ".
Abul Hasan bertanya :
" Bagaimana kamu bisa sabar dalam menghadapi musibah yang sangat hebat ini? "
Berkata wanita itu :
" Tiada seorang pun yang dapat membedakan antara sabar dengan mengeluh melainkan ia menemukan antara keduanya ada jalan berbeda. Adapun sabar dengan memperbaiki yang lahir. Maka, hal itu baik dan terpuji. Adapun mengeluh maka orang itu tidak mendapat ganti rugi, semuanya sia-sia saja".
Rasulullah S.A.W bersabda :
" Mengeluh itu termasuk kebiasaan Jahiliyyah, dan orang yang mengeluh jika ia mati sebelum taubat, maka Allah akan memotongkan baginya pakaian dari api neraka ".
Semoga bermanfaat...
WASSALAM...
AHT^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Yah Sobat Muslim... ^_^